Assalamu’alaikum wr. wb.
Jika kita mempunyai sepeda motor atau mobil, dan kita isi bahan bakar untuk dijalankan, maka akan mudah di ketahui, berapa jarak tempuhnya untuk ukuran bahan bakar yang kita isikan. Ada yang 1 liter bahan bakar mampu menempuh jarak 40 Km, ada yang 25 Km, ada yang 10 Km, dan lain-lain. Antara merk sepeda motor atau antara merk mobil yang satu dengan yang lain tidak sama. Tetapi jelas bahwa semua itu dapat diukur atau diketahui. Setelah bahan bakar habis, maka mesin sepeda motor atau mobilpun akan berhenti. Berhentinya mesin tersebut semata-mata karena bahan baker habis. Zeker ( mesin ) tidak dapat bekerja tanpa adanya bahan bakar. Bahan bakarlah segala-galanya bagi mesin sepeda motor atau mobil. Bahan bakarlah yang merupakan nyawa dari mesin sepeda motor atau mobil.
Pernahkah kita coba renungkan untuk membandingkan hidup atau nyawa yang ada pada diri kita dengan hidup atau nyawa sepeda motor atau mobil..? Mesin atau nyawa sepeda motor atau mobil tergantung pada bahan bakarnya. Sedangkan mesin atau nyawa yang ada pada diri kita tergantung pada apa dan siapa …? Jawabannya jelas tidak sama. Mesin atau nyawa kita tidak tergantung pada bahan baker atau makanan yang kita makan. Kita tidak dapat memastikan makan 1 piring nasi akan membuat hidup kita dapat menempuh sekian hari. Makan 2 piring nasi dapat menempuh hidup lebih banyak hari lagi. Makan bermacam-macam makanan membuat kita dapat menempuh hidup lebih lama lagi. Dan sebagainya … dan sebagainya.
Mesin atau nyawa yang ada pada diri kita tergantung dari Sang Pencipta…. Allah SWT. Tidak tergantung pada yang lainnya. Oleh karena itu jikalau kita ingin supaya hidup kita yang kita jalani ini dapat berjalan dengan baik …. larilah pada Allah …. Mintalah pada Allah. Dialah ..” Ahli Sevice “ untuk hidup kita. Mintalah pada Dia … berdoalah pada Dia. Dengan do’a Insya Allah nasib yang tidak baik bisa Dia ubah menjadi baik. Mesin yang rusak pada sepeda motor atau mobil larinya ke bengkel sepeda motor atau mobil. Mesin yang rusak atau sakit pada diri kita larilah kepada Allah. Tidak ada yang mustahil bagi Allah. Allah dengan firmanNya “ Kun fayya kun “ menciptakan manusia dari segumpal tanah dan diberi nyawa … jadilah manusia. Maka tidak ada susahNya untuk menyembuhkan segala gangguan mesin ( penyakit ) yang ada pada diri manusia.
Denyut atau detak nadi yang ada pada diri kita …. pernahkah kita mencoba menghitung … ? berapa kali berdenyut dalam 1 menit … ? berapa kali dalam 1 jam … ? dalam satu tahun … ? dalam sepanjang hidup kita sampai saat ini …. ? Pernahkah denyut itu berhenti selagi kita masih hidup …? Dalam 1 menit kurang lebih 60 s.d 70 kali. Dalam 1 jam 3600 kali. Dalam sehari semalam ( 3600 X 24 jam ) = 86.400 kali. Dalam satu bulan…? Satu tahun …? Yaah kita kewalahan menghitung. Walaupun ada hubungannya dengan makanan, karena memang hidup perlu makan, tetapi denyut nadi kita … nyawa kita tidak tergantung pada makanan. Sewaktu waktu denyut tersebut dapat berhenti ( mati ) kalau Allah menghendaki. Walaupun makan yang dimakan makanan yang enak-enak dan bergizi. Sebaliknya ada atau bahkan banyak orang yang makannya seadanya ( asal makanan halal ), perutpun juga tidak selalu kenyang, … tetapi kalau Allah menghendaki, orang tersebut dapat sehat wal afiat dan berumur panjang.
Allah SWT memberikan hidup dan kehidupan pada diri kita dengan penuh kasih saying. Sesungguhnyalah pemberian dariNya pemberian yang sempurna bagi kita. Sehingga kita umat manusia merupakan mkhluq Allah yang derajatnya paling tinggi diantara ciptaanNya yang lain. Maka seharusnyalah kita bersyukur atas segala pemberianNya. Dialah yang berkuasa atas diri kita. Baik pada waktu kita bangun maupun kita tidur. Baik pada waktu kita hidup maupun kita mati. Sebagaimana do’a kita menjelang tidur “ Bismika Allhuma ahyya wa bismika ammuut “
Subhanallah… ya rohman … ya rohim.
Terima kasih ya Allah, .. Kau berikan nafsu, dan akal budi ini hanya kepada manusia, sedangkan pada makhluq yang lain tidak. Pada malaikat Kau berikan akal budi, tetapi tidak Kau beri nafsu, Pada binatang Kau berikan nafsu, tetapi tidak Kau beri akal budi. Pada diri manusia Kau berikan lengkap semuanya. Ya nafsu, ya akal budi. Seandainya pada binatang buas juga Kau beri nafsu dan akal budi, ….maka mungkin buasnya akan berlipat ganda. Sementara manusia saja banyak yang buasnya melebihi binatang.
Pernahkah kita menyadari, … bahwa diri kita sebagai makhluq, ciptaan Sang Kholiq Allah SWT, oleh Allah SWT telah diberi beberapa kelebihan, dibanding dengan makhluq Allah yang lain.
- Allah memberikan nafsu, ini membuat kita bisa merasakan dan punya keinginan.
- Kita merasakan lapar …. timbul keinginan untuk makan
- Kita merasakan saki …. timbul keinginan untuk sembuh
- Kita merasakan sepi ….. timbul keinginan untuk berkumpul
- Kita merasakan sedih ….. timbul keinginan untuk senang
- Kita mersakan kecewa …. Timbul keinginan untuk dapat puas.
- Allah memberikan akal, ini membuat kita menjadi mudah untuk mencapai keinginan.
- Ingin makan, Akal budi menuntun untuk mendapatkan makan dengan mudah
- Ingin sembuh, akal budi menhuntun bagaimana mendapatkan obat dengan mudah
- Ingin kumpul, akal budi menuntun bagaimana cara dapat berkumpul, berkelompok dengan mudah
- Ingin senang, akal budi menuntun bagaimana untuk mendapatkan kesenangan dengan mudah
- Ingin puas, akal budi menuntun bagaimana untuk mendapatkan kepuasan
3. Allah memberikan Qolbu, yang menyebabkan kita bisa menikmati rasa cinta kasih dan
sayang, mempunyai rasa haru dan kerinduan, mempunyai rasa kurang dan kepuasan. Beberapa hal yang tidak terdapat pada binatang, tetapi hanya ada pada manusia.
Kesemuanya itu akan kita dapatkan dengan mudah kalau kita mengetahui cara atau kunci untuk mendapatkannya. Kuncinya sederhana, terletak pada satu sikap, yaitu “ bersyukur “ dan bukan “ berkufur “ Orang yang pandai ber syukur selalu akan mengalami kesenangan dan kepuasan dalam hidupnya.
Allah Maha Segala-galanya. Dan kita sebagai makhluqNya, janganlah sekali-kali mempunyai sifat dan sikap yang congkak atau sombong. Apalah arti diri kita jika dihadapkan pada kekuasaan Allah. Kita dapat hidup sejahtera, senang, kaya raya, sehat wal’afiat, kuat jasmani dan rohani, itu tidak lain dan tidak bukan, karena Allah. Bukan karena usaha atau kecakapan dari diri kita sendiri. Oleh karena itu, jikalau kita kebetulan berada pada keadaan yang demikian, hendaklah kita lebih bersyukur kepadaNya. Salah satu tanda sikap bersyukur adalah tidak congkak dan tidak sombong. Selalu menyadari bahwa hidup yang ada dalam diri kita bukan milik kita, melainkan milik Allah SWT.
1. Hendaknya kita tidak sombong karena kedudukan… kedudukan bias lepas
2. Hendaknya kita tidak sombong karena “ wajah “, … wajah rupawan bisa berubah
3. Hendaknya kita tidak sombong karena kepandaian, … orang pandai bisa gila
4. Hendaknya kita tidak sombong karena kekayaan, … semua harta bisa lenyap.
Kalau Dia menghendaki, semua yang ada pada diri kita bisa berubah sama sekali. Semua yang kita miliki akan lenyap dan tidak ada yang abadi. Semuanya akan lenyap kembali kepadaNya. Bahkan diri kitapun kalau nyawa ini sudah tidak ada, akan lebur kembali menjadi debu. “ Inna lillahi wa’inna illaihi roji’un “ Semua yang kita banggakan akan lenyap dari diri kita, kecauli 3 hal. Yaitu. Ilmu yang bermanfaat, amalan yang baik, dan anak yang soleh, yang selalu mendo’akan kita.
Kunci kebahagiaan pada diri kita terletak pada kepandaian kita dalam menggunakan dan mengendalikan nafsu dan akal budi. Ajaklah nafsu dan akal budi ini untuk senantiasa pandai bersyukur. Apa yang ada pada diri kita adalah milik Alllah. Nyawa yang ada pada diri kita milik Allah. Marilah kita serahkan hidup dan kehidupan kita kepadaNya. Insya Allah dengan tidak henti-hentinya kita memohon dan berlindung kepadaNya, … Allah akan memberikan yang terbaik buat kita … yang akan menuntun kita pada kehidupan yang baik. Baik di dunia maupun di akherat.
“ Robanna atina fi’dunnya khasanah wa fil akhiroti khasanah wa qiina adzab banner “
رَبَّنَااَتِنَافِى الدُّنْيَاحَسَنَةً وَفِى اْلاَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَاالنَّارِ
“ Robanna atina fi’dunnya khasanah wa fil akhiroti khasanah wa qiina adzab banner “
Syukur merupakan kualitas hati yang harus diraih dan dimiliki setiap muslim. Dengan bersyukur, kita akan senantiasa diliputi rasa damai, tenteram, dan bahagia. Syukur mengajarkan kita untuk selalu memaknai hidup dari sudut pandang positif. Karenanya, syukur akan mengantarkan kita kepada pencapaian kesuksesan di dunia dan akhirat, sekaligus selalu mendapatkan tambahan nikmat dari Allah SWT.
Sebaliknya, jika kufur nikmat, kita akan senantiasa mendapatkan himpitan beban. Hidup akan selalu merasa kurang dan tidak bahagia. Bahkan, Allah telah memperingatkan akan azab-Nya yang pedih jika kita mengingkari nikmat-Nya. Betapa banyak kaum yang diazab dan orang-orang yang dicabut nikmatnya dan dihancurkan usaha jalan rezekinya, sebab telah mengingkari nikmat Allah.
Ada dua penyebab yang membuat kita tidak bersyukur. Pertama, kita sering memfokuskan diri kepada apa yang kita inginkan, bukan kepada apa yang kita miliki. Misalnya, jika kita memiliki sebuah rumah, kendaraan, pekerjaan tetap, dan pasangan yang terbaik, tapi masih merasa kurang. Akhirnya, pikiran kita dipenuhi target dan keinginan yang pada akhirnya tidak pernah terpuaskan.
Kedua, kecenderungan membanding-bandingkan diri kita dengan orang lain. Kita merasa orang lain lebih beruntung. Ke mana pun kita pergi, selalu ada orang yang lebih pintar, lebih tampan, lebih cantik, dan lebih kaya dari kita.
Sebaliknya, jika kufur nikmat, kita akan senantiasa mendapatkan himpitan beban. Hidup akan selalu merasa kurang dan tidak bahagia. Bahkan, Allah telah memperingatkan akan azab-Nya yang pedih jika kita mengingkari nikmat-Nya. Betapa banyak kaum yang diazab dan orang-orang yang dicabut nikmatnya dan dihancurkan usaha jalan rezekinya, sebab telah mengingkari nikmat Allah.
Ada dua penyebab yang membuat kita tidak bersyukur. Pertama, kita sering memfokuskan diri kepada apa yang kita inginkan, bukan kepada apa yang kita miliki. Misalnya, jika kita memiliki sebuah rumah, kendaraan, pekerjaan tetap, dan pasangan yang terbaik, tapi masih merasa kurang. Akhirnya, pikiran kita dipenuhi target dan keinginan yang pada akhirnya tidak pernah terpuaskan.
Kedua, kecenderungan membanding-bandingkan diri kita dengan orang lain. Kita merasa orang lain lebih beruntung. Ke mana pun kita pergi, selalu ada orang yang lebih pintar, lebih tampan, lebih cantik, dan lebih kaya dari kita.
Rasulullah saw adalah manusia yang sangat bersyukur. Beliau memberikan teladan agar umatnya menjadi hamba yang bersyukur kepada Allah. Suatu ketika, beliau pernah ditanya Bilal, “Apakah yang menyebabkan baginda menangis, padahal Allah telah mengampuni dosa-dosa baginda, baik yang dahulu maupun yang akan datang?” Beliau menjawab, “Tidakkah engkau suka aku menjadi seorang hamba yang bersyukur?”
Subhanallah, betapa mulianya Rasulullah saw. Sekalipun beliau telah diampuni seluruh dosa-dosanya, tapi beliau masih selalu beribadah kepada Allah, baik siang maupun malam. Semuanya beliau lakukan demi wujud syukurnya kepada Allah SWT. Bagaimana dengan kita?
Subhanallah, betapa mulianya Rasulullah saw. Sekalipun beliau telah diampuni seluruh dosa-dosanya, tapi beliau masih selalu beribadah kepada Allah, baik siang maupun malam. Semuanya beliau lakukan demi wujud syukurnya kepada Allah SWT. Bagaimana dengan kita?
Oleh karena itu diakhir tulisan ini penulis mengajak pada diri kita semua untuk senantiasa panda bersyukur kepada Allah SWT. Kenikmatan selalu ada pada orang yang selalu bersyukur. Dalam keadaan apapun. Karena kita menyadari bahwa semua itu karena Allah SWT. .Semoga Allah memberikan hidayah dan inayah kepada kita semua. Amin.